Senin, 18 Mei 2015

Teori-Teori Motivasi

Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu :

  • 1.      teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content theory), 
  • 2.      teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory)
  • 3.      teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement theory).

    •       Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :

·      Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

      Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
     Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
     Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :

  •     Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
  •     Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup
  •     Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
  •     Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
  •     Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
·      Teori Keadilan

   Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat  kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).

·      Teori X dan Y

   Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
  McGregor menyimpulkan bahwa  pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.

·      Teori dua Faktor Herzberg

   Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
   Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari  ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi :

  • .    Upah
  •     Kondisi kerja
  •     Keamanan kerja
  •     Status
  •     Prosedur perusahaan
  •     Mutu penyeliaan
        Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi :

  •     Pencapaian prestasi
  •     Pengakuan
  •     Tanggung Jawab
  •     Kemajuan
  •     Pekerjaan itu sendiri
  •     Kemungkinan berkembang.
 Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.

·      Teori Kebutuhan McClelland

   Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :


  1.     Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
  2.     Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
  3.     Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
   Apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :

  •     Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
  •     Harga diri
  •     Harapan pribadi
  •    Kebutuhaan
  •     Keinginan
  •      Kepuasan kerja
  •     Prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :


  •     Jenis dan sifat pekerjaan
  •     Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
  •     Organisasi tempat bekerja
  •    Situasi lingkungan pada umumnya
  •    Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
Identifikasi motivasi

Definisi Motivasi  :
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.
Pengertian Motivasi :
motivasi merupakan respon pegawai terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.
Model Pengukuran Motivasi
Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan, diantaranya oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6 (enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :
1      Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi
2      Berani mengambil dan memikul resiko
3      Memiliki tujuan realistik
4      Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan
5      Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan
6      Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Edward Murray (Mangkunegara, 2005,68-67) berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut :
1      Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya
2      Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan
3      Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan
4      Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu
5      Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan
6      Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti
7      Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.

Analisis :

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1      Durasi kegiatan
2      Frekuensi kegiatan
3      Persistensi pada kegiatan
4      Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5      Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
6      Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7      Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan
8      Arah sikap terhadap sasaran kegiatan

SSUMBER : http://tkampus.blogspot.com/2012/04/pengertian-motivasi-dan-teori-teori.html

Macam-macam Konflik dan Faktor Penyebab Konflik

Pengertian Konflik        
  
         Konflik berasal dari kata kerja  configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya dan ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda.
konflik-solution
Macam-macam Konflik
Konflik dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Dilihat dari segi pihak yang terlibat dalam konflik
  • Konflik individu dengan individu.
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara inbdividu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
  • Konflik individu dengan kelompok.
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kempok pimpinan.
  • Konflik kelompok dengan kelompok.
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
2. Dilihat dari segi dampak yang timbul
Dari segi dampak yang timbul, konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
  • Konflik Fungsional adalah apabila dampaknya dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi organisasi serta dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik.
  • Konflik Infungsional adalah apabila dampaknya justru merugikan orang lain.
images
Faktor penyebab konflik
  • Perbedaan individu
Setiap individu adalah unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
  • Perbedaan latar belakang
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda yang dapat memicu konflik.
  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Setiap individu memiliki perasaan, pendirian, dan latar belakang yang berbeda. Oleh sebab itu dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki keinginan dan tujuan yang berbeda-beda.

ANALISA :

         Konflik adalah perbedaan pendapat diantara dua belah pihak dimana disetiap konflik tersebut ada cara penyelesaiannya. Konflik sering terjadi dimasyarakat seperti perbedaan dalam mengambil sebuah keputusan dalam suatu organisasi.

REFERENSI