Jumat, 08 Juni 2018

Culture Shock


Gegar budaya (culture shock) adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan yang diderita orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau dipindahkan ke suatu daerah tertentu. Sebagaimana kebanyakan penyakit lainnya, gegar budaya juga mempunyai gejala-gejala dan pengobatan secara tersendiri.
Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan sosial. Tanda-tanda tersebut meliputi seribu satu cara yang kita lakukan dalam dalam mengendalikan diri sendiri dalam menghadapi situasi sehari-hari: kapan berjabat tangan dan apa yang harus kita katakan bila bertemu dengan orang, kapan bagaimana memberikan tip, bagaimana berbelanja, kapan menerima dan menolak undangan, kapan membuat pernyataan-pernyataan dengan sengguh-sungguh dan kapan sebaliknya. Petunjuk-petunjuk ini yang mungkin dalam bentuk kata-kata, isyarat-isyarat, ekspresi wajah, kebiasan-kebiasaan, atau norma-norma, kita peroleh sepanjang perjalanan hidup kita sejak kecil. Begitu pula aspek-aspek budaya kita lainnya, seperti bahasa dan kepercayaan yang kita anut. Demi ketentraman hidup kita semua bergantung pada beratus-ratus petunjuk ini, petunjuk-petunjuk yang kebanyakannya tidak kita bawa dengan sadar.
Bila seseorang memasuki suatu budaya asing, semua atau hampir semua petunjuk itu lenyap. Ia bagaikan ikan yang keluar dari air. Meskipun anda berpikiran luas dan beritikad baik, anda akan kehilangan pegangan. Lalu anda akan mengalami frustasi dan kecemasan. Biasanya orang-orang menghadapi frustasi dengan cara yang hampir sama. Pertama-tama mereka menolak lingkungan yang menyebabkan ketidak nyamanan. (Mulyana & Rahmat,2001;174)
Menurut Stewart (1974) Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiadat dan kebiasaan. Dalam menjalani proses komunikasi antar budaya pasti akan mengalami suatu keterkejutan budaya yang berbeda dengan budaya kita. Menurut Dedi Mulyana dalam buku komunikasi antar budaya mengatakan bahwa Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan sosial.
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, dan tekhnologi. Semua itu berlandaskan pola-pola budaya . ada orang-orang yang berbicara bahasa tagalog, memakan ular, menghindari minuman keras yang terbuat dari anggur, menguburkan orang-orang yang mati, berbicara melalui telepon, atau meluncurkan roket ke bulan, ini semua karena mereka telah dilahirkan atau sekurang-kurangnya dibesarkan dalam suatu budaya yang mengandung unsur-unsur tersebut. Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan respons-respons terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya mereka.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan diri, nilai, sikap, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, makna, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi kegenerasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.
Budaya juga berkenaan dengan sifat-sifat dari objek-objek materi yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Objek-objek seperti rumah, alat dan mesin yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis-jenis transportasi, dan alat-alat perang, menyediakan suatu landasan utama bagi kehidupan sosial. Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana, budaya meliputi semua peneguhan perilaku yang diterima selama periode kehidupan. Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan kita tidak kita sadari. Mungkin suatu cara untuk memahami pengaruh budaya adalah dengan membandingkan dengan komputer elektronik: kita memprogram komputer agar melakukan sesuatu, budaya kita pun memprogram kita agar melakukan sesuatu yang menjadikan kita apa adanya. Budaya kita secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati-dan bahkan setelah matipun kita dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita.
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang yang menyandi pesan, maka yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisi untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi, bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.

ADA EMPAT TAHAPAN TIMBULNYA CULTURE SHOCK:

1. Tahapan pertama yaitu the honeymoon phase
Suatu tahapan di mana kamu akan merasa bahagia setibanya di negara yang baru, apalagi yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya.

2. Tahap kedua, the crisis phase
Yaitu perbedaan di negara baru tidak pas baik itu makanannya, logat yang susah dimengerti, kebiasaan jual beli dan merasa kesepian. Hal tersebut hanya membuat kamu merasa terasing dari lingkungan. Namun kamu akan segera melaluinya jika mampu menyesuaikan diri dengan baik.

3. Tahap ketiga, the adjustment phase
Dalam fase ini, kamu sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di negara baru.

4. Tahap keempat, bi-cultural phase
Kamu merasa nyaman hidup dengan dua kebudayaan sekaligus. Ini merupakan indikasi bagus, karena kamu telah berhasil melalui suatu seleksi alam kecil. Namun ada pula mahasiswa yang terlalu memuja kebudayaan asing sehingga ketika pulang ke negeri sendiri, ia malah merasa asing kembali. Untuk itu harus ada keseimbangan antara memahami kebudayaan tanpa meninggalkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.

Lalu, bagaimana agar tidak mengalami depresi akibat culture shock?
Jawabannya adalah:
·         Tambah wawasan kamu mengenai negara tujuan kuliah. Cara terbaik adalah dengan membaca buku panduan tentang negara tujuan, bertanya kepada orang yang pernah tinggal di sana, browsing di internet, dan yang paling penting jangan membayangkan kehidupan di sana seperti yang selalu kita tonton di film atau televisi. Bisa-bisa kamu malah terjebak dalam halusinasi dan kesalahpahaman

·         Cari tahu juga mengenai budaya, kebiasaan, olahraga yang populer di negara tujuan hingga topik pembicaraaan sehari-hari serta bahasa tubuh. Satu lagi yang perlu kamu ketahui adalah selera humor di negara tujuan, jangan sampai bahan berckamu kita di tanah air malah menyinggung perasaan teman di negara asing, menjengkelkan atau bahkan garing

·         Setibanya di negara tujuan, segera kenali kehidupan setempat dan ketahui tempat-tempat penting seperti kantor pos, toko, dokter, dan kantor pelayanan mahasiswa internasional. Semua itu tentu saja tidak akan berjalan mulus jika kamu merasa takut dan was-was terhadap lingkungan baru. Jadi, beranilah bertanya tentang keadaan dan adat di tempat baru. Selain itu, baca juga koran lokal sehingga kamu tahu topik pembicaraan yang sedang hangat dan bisa kamu diskusikan dengan teman-teman baru

·         Namun jangan lupakan tanah air karena terlalu asyik menyesuaikan ini dan itu di negara baru. Tetap pantau berita terbaru secara online tentang tanah air, ini juga bisa menjadi salah satu topik pembicaraan. Pelajar internasional lain biasanya saling berbagi cerita mengenai negara asal

·         Di kampus biasanya ada kegiatan penunjang bagi mahasiswa. Dapatkan info di pusat pelayanan mahasiswa internasional tentang paket liburan dan aktivitas kampus yang cocok dengan bakat dan minat kamu. kamu akan segera mengenal teman-teman seiring kegiatan bersama yang kalian ikuti. Intinya, jadilah orang yang suka bersosialisasi.   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar