Minggu, 29 April 2018

2.3 Komponen - komponen dari ITIL dan contohnya

1.      Service Support (yaitu aktifitas yang dilaksanakan minimal setiap hari)
2.      Service Delivery (yaitu aktivitas yang dilaksanakan minimal setahun/kuartal/bulanan)
3.2. Service Support
1. The Service Desk
            Tujuan service desk yaitu, untuk melaksanakan single point of contactantara User dan IT Service Management   dan memeriksa status hubungan semua customer. Termasuk menangani Incidents dan permintaan, serta memberikan arahan untuk kegiatan lain  seperti Change, Problem, Configuration, Release, Service Level, and IT Service Continuity Management.
2. Incident Management
            Untuk kembali ke operasi normal secepat dan sebisa mungkin dengan gangguan seminimal            mungkin, yang memastikan bahwa tingkat pencapaian terbaik dari availability Dan service    telah terpelihara.
3. Problem Management
            Untuk meminimalkan pengaruh yang merugikan dalam bisnis yang diakibatkan incident dan masalah yang disebabkan oleh error dalam infrastuktur.
4.  Configuration Management
            Tujuan configuration management yaitu,  menyediakan pengendalian infrastuktur melalui monitoring dan pemeliaharaan             informasi atas  Configuration Items (CI) diperlukan untuk mendistribusikan services,CI status and history, CI relationships,Valuable CIs (monetary or service).Serta memberikan informasi mengenai infrastruktur IT kepada semua pemroses dan IT Management.
5. Release Management
            Release Management memberikan pandangan yang  menyeluruh mengenai perubahan dalam IT service dan memastikan seluruh aspek dalam Release, baik teknik maupun non teknik
6. Change Management
            Proses perubahan pengendalian infrastuktur atau aspek lain dari services, dalam cara yang dikendalikan, memberikan persetujuan perubahan dengan gangguan yang minimal. Change Management memastikan bahwa metode standarisasi dan prosedur digunakan untuk efisinsi dan meyakinkan penanganan semua perubahan. Changes dapat memberikan solusi atas Problems, Known Errors.
Contohnya:
Service support membahas tentang proses dan komponen dalam operasional IT sehari hari seperti Incident Management, Problem Management, Change Management, Configuration Management dan Release Management. Pada dasarnya service support menjelaskan proses support dari IT untuk operasional sehari-hari, bagaimana cara menangani suatu incident sebelum akhirnya masuk ke dalam problem management. Setiap komponen dari proses pada IT service management mempunyai peran masing-masing diantaranya adalah :
Service desk sebagai single point of contact.
Release Management dalam melakukan testing suatu teknologi baru sebelum diimplementasi.
Build knowledge based untuk membantu mempercepat penyelesaian suatu incident.
3.3. Service Delievery
1. Service Level Management
            Bertujuan untuk memelihara dan memperbaiki kualitas IT service, melalui siklus tetap mengenai pemahaman, persetujuan, monitoring, pelaporan dan pencapaian IT service. Service Level Management mengatur dan memperbaiki tingkat persetujuan service antara dua pihak.
2. Availability Management
            Bertujuan untuk mencapai capabilitas IT infrastructure dan mendukung organisasi untuk mendistribusikan biaya yang efektif dan tingkat availability yang terus menerus yang memungkinkan kepuasan sebagai tujuannya.
3. IT Service Continuity Management
            Bertujuan untuk mendukung kesuruhan proses Business Continuity Management dengan memastikan teknik dan fasilitas IT service yang dibutuhkan dapat dipenuhi dengan time-scale bisnis yang disetujui dan dipersyaratkan.
4. Capacity Management
            Bertujuan untuk memahami kebutuhan bisnis di masa mendatang (the required service delivery), operasi perusahaan (the current delivery), dan memastikan seluruh kapasitas saat ini dan masa yang akan datang serta aspek-aspek yang dibutuhkan yang memberikan biaya yang efektif.
5. Financial Management for IT Services
            Bertujuan untuk memberikan pekerjaan dengan biaya yang efektif dan penggunaan keuangan serta IT asset dalam Services
Manfaat yang dapat diberikan kepada pelanggan adalah :
·         Menjamin kembali bahwa IT Service memberikan kesesuaian dengan prosedur yang didokumentasikan dapat diaudit.
·         Menyediakan kepada customer untuk mencapai tujuan bisnis.
·         Identifikasi contact poin untuk menanyakan atau diskusi tentang perubahan persyaratan.
·         Memberikan umpan balik dari monitoring service level agreements
Contohnya
Contohnya dalam bagian IT Service Continuity Management, misalnya dilakukannya service level agreement (SLA), melakukan Risk Management berfungsi untuk mengetahui dan dapat mengidentifikasi bentuk resiko, menentukan tingkat resiko yang akan terjadi, untuk mengetahui asset mana saja yang mempunyai resiko, dsbnya. ITIL memberikan dasar dan konsep IT sebagai bagian dari service ke customer atau user, bagaimana proses yang baik antara satu entity dengan entity lainnya.
Sumber:
a. TeamQuest. (n.d.). TeamQuest. Retrieved from TeamQuest Corporation: http://www.teamquest.com/resources/itil
b.     University, E. C. (n.d.). ITC Goes "ITIL" to Improve IT Service Management. Retrieved from Elizabeth City State University: http://www.ecsu.edu/it/itil.cfm
c.    What are the top 5 benefits of using ITIL? (n.d.). Retrieved April 2, 2014, from ConnectSpehere: http://www.connectsphere.com/resource/articles/top-5-benefits-of-using-itil
d.  Rouse, M. (2006, August). What is ITSM? Retrieved from SearchCIO: http://searchcio.techtarget.com/definition/ITSM
e.      wikipedia. (2014). IT service management. Retrieved from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/IT_service_management
f.      Zahid, F. A. (2009, December 10). Posts Tagged ‘Disadvantages of ITIL’. Retrieved April 1, 2014, from Afurrukh's Blog : http://afurrukh.wordpress.com/tag/disadvantages-of-itil/

2.2 Tujuan Dari ITIL(information teknologi infrastruktur library)



Tujuan Information Technology Infrastructure Library (ITIL) adalah untuk menyediakan petunjuk untuk praktek terbaik dalam manajemen layanan teknologi informasi. Ini mencakup pilihan yang dapat diapdopsi dan diadaptasi oleh organisasi berdasarkan kebutuhan bisnisnya, keadaan, dan kedewasaan dari penyedia layanan. (Sumber:  Anonim1)
 Keuntungan ITIL
Menurut Cartlidge (2007, p8), beberapa keuntungan dari ITIL, antara lain :
·         Meningkatkan kepuasan pengguna dan pelanggan terhadap layanan IT
·         Memperbaiki ketersediaan layanan, yang berpengaruh secara langsung dalam meningkatkan keuntungan dan pendapatan bisnis.
·         Menghemat keuangan, dari pengurangan kerja, kehilangan waktu
·         Memperbaiki manajemen sumber daya dan keguanaan
·         Memperbaiki pembuatan keputusan dan mengoptimalkan resiko
·         Memperbaiki waktu terhadap pasar untuk produk baru dan layanan
Tantangan bagi manajer TI adalah mengkoordinasikan dan bekerja dalam kemitraan dengan
bisnis untuk memberikan kualitas tinggi layanan TI. Hal ini harus dicapai sementara
mengadopsi bisnis dan pendekatan berorientasi pelanggan untuk memberikan layanan dan
optimalisasi biaya.

Tujuan utama dari Service Management adalah untuk memastikan bahwa layanan TI
selaras dengan kebutuhan bisnis dan secara aktif mendukung mereka. bahwa layanan TI mendukung proses bisnis, tetapi juga semakin penting bahwa TI bertindak
sebagai agen perubahan untuk memfasilitasi transformasi bisnis.
ITIL memberikan nasihat dan panduan tentang Praktik Terbaik yang berkaitan dengan
penyediaan Layanan TI. Berikut Kerangka kerja umum dan standar yang relevan:

Ø ISO / IEC 20000: Manajemen Layanan TI Ø ISO / IEC 27001: Manajemen Keamanan Informasi (ISO / IEC 17799 adalah sesuai Kode Praktek) Ø Capability Maturity Model Integration (CMMI®)

Capability Maturity Model Integration atau CMMI (bahasa Indonesia: Integrasi
Model Kematangan Kemampuan) adalah suatu pendekatan perbaikan proses yang
memberikan unsur-unsur penting proses efektif bagi organisasi. Praktik-praktik
terbaik CMMI dipublikasikan dalam dokumen-dokumen yang disebut model, yang
masing-masing ditujukan untuk berbagai bidang yang berbeda.

Saat ini terdapat dua bidang minat yang dicakup oleh model CMMI:
development (pengembangan) dan acquisition (akuisisi). Versi terkini CMMI adalah
versi 1.2 dengan dua model yang tersedia yaitu CMMI-DEV (CMMI for Development)
yang dirilis pada Agustus 2006 dan ditujukan untuk proses pengembangan produk
dan jasa, serta CMMI-ACQ (CMMI for Acquisition) yang dirilis pada November 2007
dan ditujukan untuk manajemen rantai suplai, akuisisi, serta proses outsourcing di
pemerintah dan industri.

2.1 Pengertian ITIL(Information teknologi infrastruktur library) dan contohnya

 ITIL atau (Information Technology Infrastructure Library) adalah suatu rangkaian konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan serta operasi teknologi informasi (TI). Nama ITIL diterbitkan dalam suatu rangakaian buku yang masing-masing membahas suatu topic pengelolaan TI. Nama ITIL dan TI Infrastructure Library merupakan merek dagang terdaftar dari Office of Government Commerce (OGC) Britania Raya.
ITIL memberikan deskripsi detail tentang beberapa praktek TI penting dengan daftar cek, tugas, serta prosedur yang menyeluruh yang dapat di sesuaikan dengan segala jenis organisasi TI.
SEJARAH I.T.I.L
                Pada tanggal 30 Juni 2007, OGC menerbitkan ITIL versi 3 yang terdiri dari lima bagian dan lebih menekankan pada pengelolaan siklus hidup layanan yang disediakan oleh teknologi informasi. Kelima bagian tersebut adalah :
1.       Service Strategy : Memberikan panduan kepada pengimplementasi ITSM pada bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi. Proses –proses yang dicakup dalam Service Strategy :
·         Service Protofolio Management
·         Financial Management
·         Demand Management
2.       Service Design : Berisikan prinsip-prinsip dan metode desain untuk mengkonversi tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio/koleksi  layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server,storage dan sebagainya. Proses-proses yang dicakup dalam Service Design, yaitu :
·         Service Catalog Management
·         Service Level Management
·         Supplier Management
·         Capacity Management
·         Availability Management
·         IT Service Continuity Management
·         Information Security Management
3.       Service Transition : Menyediakan panduan kepada organisasi TI untuk dapat mengembangkan serta kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan TI yang dirubah spesifikasinya kedalam lingkungan operasional.
4.       Service Operation : Merupakan tahapan lifecycle yang mencakup kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalamnya terdapat panduan bagaimana mengelola layanan TI secara efektif dan efisien. Proses-proses yang dicakup kedalam Service Operation :
·         Event Management
·         Incident Management
·         Problem Management
·         Request Fulfillment
·         Access Management
5.       Continual Service Improvement : Memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoprasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas. Penerapan ini merupakan pendahuluan dari Continual Service Inprovement (CSI) berdasarkan ISO/IEC 20000, yang merupakan :
·         Mendefinisikan pemeriksaan yang dibutuhkan dalam melakukan eksekusi pada tahapan pemeriksaan.
·         Mengidentifikasikan komparisasi tampilan berdasarkan CSI serta lifecycle yang lainnya.
·         Mengidentifikasikan proses aktivitas yang membutuhkan pengenalan.
·         Mengidentifikasikan kewajiban dan wewenang dari manajemen.
·         Mencari tools yang dibutuhkan untuk mendukung dan mempros dokumen.
Kelima bagian tersebut akan dikemas dalam bentuk buku atau biasa disebut Core Guidance Publications. Setiap buku nya berisikan :
1.       Practice fundamentals : Menjelaskan latar belakang tahapan lifecycle serta kontribusi terhadap pengelolaan layanan TI secara keseluruhan.
2.       Practice principles : Menjelaskan konsep-konsep kebijakan serta tata kelola tahanan lifestyle yang menjadi acuan setiap proses terkait dalam tahapan ini.
3.       Lifecycle processes and activies : Menjelaskan berbagai proses maupun aktivitas yang menjadi kegiatan utama tahapan lifecycle. Misalnya proses financial management dalam tahapan Service Strategy.
4.       Examples and templates : berisi tamplate maupun contoh-contoh pengaplikasian proses.
5.       Supporting organization structure and roles : Proses ITIL tidak akaan dapat berjalan dengan baik tanpa definisi roles dan responsibilities. Bagian ini menjelaskan kesiapan model dan struktur organisasi
6.       Practice Implementation : Berisi acuan atau panduan bagi organisasi TI yang ingin mengimplementasikan atau yang ingin meningkatkan proses ITIL
Pada awalnya ITIL adalah serangkaian buku pedoman tentang pengelolaan layanan IT yang terdiri dari modul. Perpustakaan besar pertama ini juga dikenal sebgai ITIL 1.0. Antara 2000 dan 2004 disebabkan oleh peningkatan pelayanan yang berkesinambungan dan adaptasi terhadap situasi saat ini dalam lingkungan (IT) modern ITIL 1.0 dirilis besar dan digabungkan menjadi delapan inti manual : ITIL 2.0 Pada awal musim panas 2007 ITIL 3.0 diterbitkan. Ini didirikan struktur yang sama sekali baru, yang terdiri dari tiga bidang utama, yaitu:
·         ITIL Core Publikasi
·         ITIL Pelengkap Bimbingan
·         ITIL Web Support Services
Disamping buku-buku dalam core guidance publications, ada juga complementary guidance. Dimana buku-buku dalam kategori nantinya dimasukkan untuk memberikan model, acuan dan panduan bagi penerapan ITIL pada sektor-sektor tertentu seperti jenis industri tertentu, tipe organisasi serta arsitektur teknologi. Dengan demikian, ITIL akan dapat lebih diterima serta diadaptasi sesuai dengan lingkungan serta behaviour dari setiap organisasi TI.
PERKEMBANGAN I.T.I.L
                Dalam perkembangannya, ITIL telah mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya teknologi informasi. Pada awal perkembangannya, dokumentasi ITIL teridiri dari kurang lebih 40 publikasi yang terbagi kedalam modul-modul terpisah, setelah itu untuk simplifikasi serta kemudahan implementasu ITIL dibagi kedalam 7 domain yang masing-masing saling berhubungan dan dapat berdiri sendiri.
                Dalam perkembangan fase ini atau sekarang disebut juga dengan ITIL versi 2, domain Service Support dan Service Delivery dijadikan sebagai CORE dalam tata kelola layanan teknologi informasi atau IT Service Management. Versi terakhir dari ITIL adalah versi 3 .
Framework ITIL dikembangkan sejak 1980-an oleh Office of Government Commerce (Departemen Perdagangan) Inggris sebagai guidance bagi organisasi/perusahaan disana. Pada pertengahan 1990, ITIL diakui dunia menjadi standar de facto di bidang service management. ITIL menyediakan sekumpulan best practice yang lengkap dan konsisten untuk ITSM, serta mempromosikan pendekatan kualitas untuk mencapai efektivitas dan efisiensi organisasi dalam penggunaan sistem informasi.
Walaupun dikembangkan sejak dasawarsa 1980-an, penggunaan ITIL baru meluas pada pertengahan 1990 dengan spesifikasi versi kedualnya (ITIL v-2) yang paling dikenal dengan dua set bukunya yang berubungan dengan ITSM (IT Service Management), yaitu Service Delivery (antar layanan) dan Service Support (dunkungan layanan).
 
SUMBER :

Sabtu, 07 April 2018

DATA MINING DENGAN METODE CLUSTERING UNTUK PENGOLAHAN INFORMASI PERSEDIAAN OBAT PADA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG


1.      Pengertian Data Mining
Data mining merupakan proses pencarian pola-pola yang menarik dan tersembunyi (hidden pattern) dari suatu kumpulan data yang berukuran besar yang tersimpan dalam suatu basis data, data warehouse, atau tempat penyimpanan data lainnya.


2.      Metodologi CRISP-DM
CRISP-DM (Cross Industry Standart Process for Data Mining) adalah standarisasi data mining yang disusun oleh tiga penggagas data mining market. Yaitu Daimler Chrysler (Daimler-Benz), SPSS (ISL), NCR. Kemudian dikembangkan pada berbagai workshops (antara 1997 – 1999). Lebih dari 300 organisasi yang berkontribusi dalam proses modeling ini dan akhirnya CRISP-DM 1.0 dipublikasikan pada 1999. Proses data mining berdasarkan CRISP-DM terdiri dari 6 fase, yaitu :
1.Fase Pemahaman Bisnis (Business Understanding Phase)
a. Penentuan tujuan proyek dan
kebutuhan secara detail dalam lingkup bisnis atau unit penelitian secara keseluruhan
b.Menerjemahkan tujuan dan batasan menjadi formula dari permasalahan data mining.
c. Menyiapkan strategi awal untuk mencapai tujuan.
2.Fase Pemahaman Data (Data Understanding Phase)
a. Mengumpulkan data
b. Menggunakan analisis penyelidikan data untuk mengenali lebih lanjut data
dan pencarian pengetahuan awal.
c. Mengevaluasi kualitas data
3.Fase Pengolahan Data (Data Preparation Phase)
a. Siapkan dari data awal, kumpulan data yang akan digunakan untuk keseluruhan fase berikutnya. Fase ini merupakan pekerjaan berat yang perlu dilaksanakan secara intensif.
b.Pilih kasus dan variabel yang ingin di analisis dan yang sesuai analisa yang akan dilakukan.
c. Siapkan data awal sehingga siap untuk perangkat pemodelan.
4.Fase Pemodelan (Modeling Phase)
a. Pilih dan aplikasikan teknik pemodelan yang sesuai
b.Kalibrasi aturan model untuk mengoptimalkan hasil
c. Perlu diperhatikan bahwa beberapa teknik mungkin untuk digunakan pada permasalahan data mining yang sama
d.Jika diperlukan proses dapat kembali ke fase pengolahan data
untuk menjadikan data ke dalam bentuk yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan teknik data mining tertentu.
5.Fase Evaluasi (Evaluation Phase)
a. Mengevaluasi satu atau lebih model yang digunakan dalam fase pemodelan untuk mendapatkan kualitas dan efektivitas sebelum disebarkan untuk digunakan.
b.Menetapkan apakah terdapat model yang memenuhi tujuan pada fase awal.
c. Menentukan apakah terdapat permasalahan penting dari bisnis atau penelitian yang tidak tertangani dengan baik.
d.Mengambil keputusan berkaitan dengan penggunaan hasil dari data mining.
6.Fase Penyebaran (Deployment Phase)
a. Menggunakan model yang dihasilkan. Terbentuknya model tidak menandakan telah terselesaikannya proyek.
3. Clustering
Garcia‐Molina et al. menyatakan Clustering adalah mengelompokkan item data ke dalam sejumlah kecil grup sedemikian sehingga masing‐masing grup mempunyai sesuatu persamaan yang esensial. Pengklusteran merupakan pengelompokan record, pengamatan, atau memperhatikan dan membentuk kelas objek-objek yang memiliki kemiripan. Kluster adalah kumpulan record yang memiliki kemiripan suatu dengan yang lainnya dan memiliki
ketidakmiripan dengan record dalam kluster lain.
4.      Algoritma K-Means
Pada algoritma ini, pusat cluster atau centroid dipilih pada tahap awal secara acak dari sekumpulan kolesi (populasi) data. Kemudian K-Means menguji masing-masing komponen didalam populasi data dan menandai komponen tersebut ke salah satu centroid yang telah didefinisikan sebelumnya berdasarkan jarak minimum antara komponen (data) dengan masingmasing centroid. Posisi centroid akan dihitung kembali sampai semua komponen data dikelompokkan ke setiap centroid dan terakhir akan terbentuk posisi centroid baru. Iterasi
ini akan terus dilakukan sampai tercipta kondisi konvergen. Secara lebih detail, algoritma K-Means Clustering adalah sebagai berikut :






5.       Fase Pemahaman Bisnis
Pemahaman bisnis dilakukan denganmempelajari objek penelitian yaitu Puskesmas Pandanaran. Dalam fase ini dilakukan penentuan tujuan bisnis yaitu untuk mengetahui jenis obat dengan pemakaian tertinggi setiap bulannya selama 3 tahun, sehingga nantinya jika akan melakukan persediaan, pertugas dapat melihat apakah jenis obat yang akan di-stok memang layak untuk disediakan dalam jumlah besar atau disediakan dalam jumlah kecil sesuai dengan pemakaian yang telah terjadi setiap bulannya selama 3 tahun. Setelah itu dilakukan penerapan tujuan, penerapan tujuan sama dengan menentuan tujuan data mining yaitu dengan menggali pengetahuan tentang jenis obat yang pemakaiannya cepat dan lama yang didapatkan dari proses clustering. Selanjutnya adalah menyiapkan strategi awal penelitian, yang dilakukan dengan permintaan data pada Puskesmas Pandanaran. Data yang akan diminta merupakan data LPLPO dari tahun 2011 – 2013.
3. Data yang dikumpulkan merupakan data LPLPO dari tahun 2011 – 2013. Data LPLPO didapatkan dari bagian yang mengurusi Laporan Data Obat dan data LPLPO disimpan dalam bentuk excel. Setelah data didapatkan, proses selanjutnya adalah memahami data tersebut. Data yang didapatkan sejumlah 9697 data selama 3 tahun. Selanjutnya dilakukan pengevaluasian kualitas data dan kelengkapan data. Nilai-nilai yang hilang sering terjadi,
terutama jika data yang dikumpulkan di jangka waktu yang lama. Memeriksa atribut yang hilang atau kosong, ejaan nilai-nilai, dan apakah atribut dengannilai yang berbeda memiliki arti yang sama.
6.       Fase Pemahaman Data
Persiapan data dilakukan dengan memilih atribut yang nantinya akan digunakan untuk proses modeling yang diambil dari LPPO. Atribut yang telah dipilih nantinya akan disimpan kembali kedalam dataset yang baru yang siap untuk diproses kedalam proses modeling. Atribut yang dipilih merupakan atribut nama obat, stock
awal, penerimaan, pemakaian, persediaan, pemakaian, stok akhir dan permintaan. Kemudian dilakukan transformasi data dengan memindahkan atribut yang telah dipilih pada proses pemilihan data untuk dipindahkan pada dataset yang baru yang nantinya siap
diproses pada fase pemodelan.

7.      Fase Pemodelan
Pada tahap pemodelan akan menggunakan metode clustering dengan algoritma k-means. Dalam penerapan metode clustering, akan dibagi menjadi 2 cluster yang nantinya akan mengcluster jenis obat dengan pemakaian cepat dan jenis obat dengan pemakaian lama. Alat pemodelan yang digunakan adalah Rapidminer 5.3. Rapidminer dapat digunakan untuk memudahkan dalam perhitungan dengan algoritma kmeans. Hasil yang didapatkan dari
proses clustering bulan Januari 2011 telah membagi 2 cluster yaitu cluster0
dan cluster1 yang masing-masing bernilai 11 dan 471. Setelah didapatkan hasilnya, data dianalisa berdasarkan atribut yang dipakai. Sehingga didapatkan hasil bahwa cluster0 merupakan obat dengan pemakaian cepat dan cluster1 merupakan obat dengan pemakaian lama. Data akan diproses secara clustering setiap bulannya sehingga masing-masing data
akan diketahui apakah obat tersebut termasuk cluster dengan pemakaian cepat atau cluster dengan pemakaian lama. Kemudian masing-masing cluster yang telah dibagi diberi penamaan sebagai label, yaitu label cepat dan lama. Setelah label ditambahkan, data
dengan pemakaian cepat setiap bulannya, akan dipisahkan untuk dipakai pada metode persedian obat nantinya. Pemisahan dilakukan per bulan selama 3 tahun, sehinnga akan
diketahui obat dengan pemakaian cepat pada bulan Januari 2011, Januari 2012
dan Januari 2013. Dari proses tersebut akan diketahui obat yang selalu mengalami fast moving setiap tahunnya pada bulan yang sama, dan mengetahui obat tersebut digunakan untuk penyakit apa, sehingga nantinya dapat digunakan untuk rekomendasi Puskesmas untuk
melakukan tindakan seperti sosialisasi pada masyarakat tentang penyakit
tersebut.

8.       Fase Evaluasi
Pada tahap evaluasi model akan dinilai apakah hasil yang didapatkan dari proses clustering telah memenuhi tujuan yang telah ditentukan dalam tahap business understanding. Pada tahapan business understanding telah ditentukan tujuan yaitu untuk mengetahui obat
dengan pemakaian cepat agar dapat digunakan untuk metode pengendalian persediaan pada Puskesmas Pandanaran. Dan hasil dari proses data mining dapat meng-cluster obat menjadi 2 cluster yaitu pemakaian cepat dan pemakaian lama. Setelah hasil yang didapatkan sama dengan tujuan pada business understanding, maka akan dilakukan
proses pengecekkan yang berfungsi untuk memastikan bahwa semua tahap telah dilakukan dalam proses pengolahan data atau tidak ada factor penting yang terleweatkan. Kemudian
dipastikan bahwa semua tahapan / faktor penting yang telah dilakukan dengan pengolahan data tidak ada yang terlewatkan. Dengan demikian dapat dilakukan proses selanjutnya pada
proses pengolahan data karena telah memenuhi tujuan dari data mining. Selanjutnya pada tahap ini mempunyai 2 pilihan, yaitu kembali pada tahap awal atau melanjutkan ke tahap akhir. Karena pada tahap sebelumnya telah memenuhi tujuan dan tidak ada tahap yang
terlewatkan, maka tahap selanjutnya adalah menuju tahapan akhir dengan menentukan persebaran dari hasil yang telah diperoleh dengan cara meakukan
analisis.
9.       Fase Penyebaran
Merupakan fase penerapan teknik klastering sesuai dengan tujuan / sasaran yang ingin dicapai pada fase pertama, yaitu untuk mengetahui obat dengan pemakaian cepat setiap
bulannya yang diambil dari data 3 tahun. Sehingga nantinya dapatdigunakan sebagai metode persediaan obat pada Puskesmas Pandanaran. Pada fase penyebaran, akan digunakan model
pengendalian persediaan yaitu Model Deterministik. Model deterministic ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya. Dalam model persediaan deterministic parameter-parameter yang berpengaruh
terhadap sistem persediaan dapat diketahui dengan pasti. Rata-rata kebutuhan dan biaya-biaya persediaan diasumsi diketahui dengan pasti. Lamanya lead time juga diasumsikan
selalu tetap. Karena semua parameter bersifat deterministik maka tidak dimungkinkan adanya kekurangan peersediaan. Dalam dunia nyata, akan sangat jarang ditemukan situasi dimana
seluruh parameter dapat diketahui dengan pasti. Karena itu, akan lebih masuk akal jika digunakan modelmodel probabilistik yang mempertimbangkan ketidakpastian pada parameter - parameternya. Namun, model deterministik terkadang merupakan pendekatan yang sangat
baik, atau paling tidak merupakan langkah awal yang baik untuk menggambarkan fenomena persediaan. Dengan hasil clustering dapat digunakan Model Deterministik untuk pengendalian persediaan, yaitu dengan mengetahui karakteristik permintaan obat yang sering dipakai.